Injil Lukas 2:36-40;
Luk 2:36
Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,
Luk 2:37
dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.
Luk 2:38
Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
Luk 2:39
Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.
Luk 2:40
Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
--------
Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea
Saudaraku,
keluarga yang kuat adalah komponen penting dari Gereja.
Saat ini kita harus waspada dengan kultus individualisme.
Setiap anggota keluarga sibuk dengan agendanya masing-masing.
Dan perhatikan dunia juga semakin sibuk.
Jika tidak hati-hati kita bisa terjebak dalam kultus individualisme.
Kita mungkin berpikir bahwa tetap berkomunikasi, misalnya melalui aplikasi di handphone.
Tetapi apakah cara kita berkomunikasi, cukup untuk menjaga kebersamaan?
Banyak orang menghabiskan sebagian besar hari mereka menatap layar elektronik.
Jika tidak hati-hati bisa benar-benar terjebak dalam kultus individualisme.
Sebab mungkin berpikir bahwa mereka berkomunikasi, tetapi jika tidak hati-hati bisa menggerus kebersamaan didalam keluarga.
Mari coba kita perhatikan, orangtua yang sibuk kerja seharian, bahkan mungkin sampai rumah masih ngurusi kerjaan.
Terbiasa dengan WFH(Work From Home) atau kerja dari rumah, saat pendemi covid.
Saudaraku,
saat keluarga berkumpul bersama, berdoa bersama, bernyanyi bersama, dan belajar bersama, masing-masing dikuatkan.
Di mana kita membentuk hati nurani kita?
Kita membentuk hati nurani secara bijaksana atupun bodoh, di hati keluarga kita.
Kita membentuk hati nurani dengan memperhatikan bagaimana ibu dan ayah kita bertindak.
Telinga kita mendengar apa yang mereka katakan kepada kita tentang bersikap baik, jujur, patuh, dan suka menolong, tetapi kita belajar lebih banyak dari teladan mereka daripada dari kata-kata.
Oleh karena itu pertimbangkanlah setiap perkara dengan tenang dan seksama, sebgai orang yang beriman kepada Allah.
Dan bangunlah selalu kesadaran bahwa kita adalah "orang yang beriman".
Kita adalah anak-anak Allah.
Terpujilah Allah sekarang dan selama-lamanya.. Amin.
Bersyukurlah kepada Tuhan karena baiklah Dia.
Doa
Allah Bapa kami
Dengan sempurna Engkau memelihara kami
Dan dengan berbagai cara Engkau menjaga kami
Supaya kami taat kepada hukum-Mu
Kami mohon bimbinglah kami dan berilah kami rahmat kekuatan untuk setia hidup dalam ketaatan
Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa,
Allah, kini dan sepanjang masa.